Kulit
cerah dan kuning langsat menjadi dambaan wanita. Kulit sehat sendiri sebenarnya
tidak harus putih, kulit sehat adalah kulit yang berwarna cerah, tidak kusam,
tidak berjerawat, pori-pori sedang, tidak ada flek, kencang dan tidak berkerut.
Wanita ingin tampil dan terlihat cantik itu hal yang wajar. Kulit cerah dan
kuning langsat menjadi dambaan, agar lelaki pendampingnya sulit melirik wanita
pesaing di sekitarnya sehingga wajar bila produk skin whitening menjadi kebutuhan
penting mereka.
Penyebab
Kulit Kusam
Para wanita sungguh terganggu dengan
performa kulit yang buram dan kusam. Penyebab kulit kusam dan tidak sehat serta
tidak putih (cerah) antara lain aktifitas pekerjaan yang banyak dilakukan
diluar ruang, dalam ruangan yang selalu terpapar oleh cahaya matahari, polusi
udara, asap rokok, dan udara AC yang. Penyebab-penyebab tersebut menghasilkan
toksin (racun) sehingga merubah warna kulit (pigmen) hingga akhirnya kulit
tampak kusam,tidak cerah (putih), sehat. Seperti diketahui, toksin secara alami
diproduksi oleh sel kulit karena pengaruh faktor lingkungan, polusi, asap rokok
dan stres. Kondisi inilah yang menjadi penyebab kulit tidak cerah (putih).
Merawat kulit penting dilakukan. Bukan hanya membuat penampilan jadi menarik
saja, melainkan yang terpenting adalah untuk kesehatan kulit. Bahkan kaum adam
pun juga sudah mulai peduli akan kulit.”Your skin is important to you,” apa pun
warna kulit Anda, apa pun jenis kelamin. Masalah kulit kusam, tidak sehat, tak
tampak cerah dan putih bisa menggunakan pemutih skin whitening).
Hingga
kini, makna dan pemanfaatan produk skin whitening masih diartikan secara
harfiah dimana skin whitening cenderung akan membuat kulit jadi jauh lebih
putih, seperti pemutih gigi. Padahal pengertian skin whitening lebih bermaksud
pada perawatan kulit wanita agar berpenampilan cerah, sehat dan segar. Artinya
whitening atau pemutih kulit yang terdapat dalam produk kosmetik berfungsi
untuk mencerahkan, bukan memutihkan karena melindungi kulit dari bahaya radiasi
sinar UVA (Ultra Violet A).Namun, memilih produk pemutih (skin whitening)
dengan sembarang produk kimia pemutih bisa berakibat fatal.
Alternatif
Bahan Pemutih Kulit
Perlu
beberapa cara penanganan yang tepat untuk perawatan kulit agar kulit tampak
cerah (putih) dan sehat, salah satunya adalah menggunakan produk kosmetik
pemutih. Namun tak semua produk kosmetika pemutih aman bagi konsumennya, ada
beberapa bahan kimia yang terkadang masih dipergunakan dalam skin whitening
(pemutih kulit) antara lain merkuri (Hg) atau air raksa inorganik. Bahan kimia
tersebut dipakai buat memutihkan kulit wajah, khususnya di negeri Cina.
Pengunaan Merkuri sebagai pemutih bahkan tercatat dalam sejarah masyarakat di
zaman Mesir Kuno. Masyarakat Mesir Kuno sudah memanfaatkan Merkuri. Barulah
kemudian pada abad 18 dunia kedokteran memakai merkuri sebagai obat sifilis.
Sebenarnya
ada jenis bahan pemutih lainnya yang dapat dipergunakan sebagai pemutih yang
jauh lebih aman dari merkuri antara lain AHA (Asam Alfa Hidroksi), AHA yang
terdapat dalam kosmetik pemutih dipasaran bebas umumnya berkadar 4 % sedangkan
yang dianjurkan oleh dokter lebih besar dari 8%.Selain AHA, adalagi bahan
pemutih lainnya yaitu Hidroquiron dan Asam Azaleat. Sejumlah inovasi bahan
dasar pemutih kini banyak ditemukan, kini banyak produk kosmetik yang
menggunakan ekstrak mulberry, bengkoang , jeruk limun, arbutin, vitamin C atau
AHA (Asam Alfa Hidroksi), Hydroquinone.
Bahaya Pemutih Bermerkuri
Penggunaan
Merkuri sebagai bahan pemutih merupakan satu yang masih tersisa dan kendati
menyalahi aturan, masih tetap saja dipasar-bebaskan sebagai bahan berkhasiat
dalam krim pemutih kulit. Merkuri inorganik dalam krim pemutih (yang mungkin
tak mencantumkannya pada labelnya) bisa menimbulkan keracunan bila digunakan
untuk waktu lama. Penggunaan Merkuri walau tidak seburuk efek merkuri gugusan
yang tertelan (yang ditemukan dalam ikan yang tercemar dan termakan), tetap
menimbulkan efek buruk pada tubuh. Kendati cuma dioleskan ke permukaan kulit,
merkuri mudah diserap masuk ke dalam darah, lalu memasuki sistem saraf tubuh
demikian penjelasan Dr.Silviani Sri Rahayu,Sp.Kk dari Rumah Sakit JMC-Jakarta.
Manifestasi
gejala keracunan merkuri akibat pemakaian krim kulit muncul sebagai gangguan
sistem saraf, seperti tremor, insomnia, kepikunan, gangguan penglihatan,
gerakan tangan abnormal (ataxia), gangguan emosi, gagal ginjal, batu ginjal.
Oleh karena umumnya tak terduga kalau itu penyakitnya, kasus keracunan merkuri,
sering salah di diagnosis sebagai kasus Alzheimer, Parkinson, atau penyakit
gangguan otak.Bagi mereka yang memakai krim pemutih sebaiknya perlu selalu
mewaspadai jika tidak jelas apa kandungan bahan kimiawinya.
Kinerja
pemutih
Menurut
Dr.Silviani Sri Rahayu,Sp.KK, pemutih yang baik adalah pemutih yang aman dan efektif,
jika memang dinamakan pemutih harus menghasilkan sesuai dengan yang dijanjikan
yaitu dapat memutihkan. Kerja pertama pemutih kulit adalah menghancurkan
epidermis atau lapisan kulit teratas dari wajah maupun tubuh. Bahan seperti
merkuri, hydroquinone atau steroid memang terbukti reaktif dan sangat cepat
melakukan proses pengangkatan ini. Secara teori, pemutihan kulit bisa saja
dilakukan dengan penipisan kulit.
Misalnya
dengan luar menggunakan bahan scrubbing dari bengkuang (secara tradisional)
atau bahan kimia. Tapi kalau kulit tipis terus-terusan terpapar matahari,
akibatnya akan berubah warna jadi merah atau bahkan terbakar. Proses
pemutihannya pun, membutuhkan waktu selama beberapa bulan. Pemakaian pemutih
yang benar adalah hanya pada kulit yang berubah warna akibat terpapar sinar
matahari. Untuk yang ingin berkulit putih, rajin-rajinlah membersihkan kulit
dan hindari matahari.
Lebih
lanjut Dr.Silviani Sri Rahayu,Sp.KK dari Rumah Sakit JMC-Jakarta, mengatakan
bahwa masyarakat perlu lebih hati-hati dalam memilih dan menggunakan produk
pemutih, kenali dahulu seperti apa pemutih yang aman bagi tubuh dan wajah.
Ciri-ciri kosmetik produk pemutih yang berbahan merkuri umumnya tampak pearly
(putih mengkilap). Kendati tidak mencantumkan kandungan merkuri, tetap tidak
boleh yakin pasti tidak bermerkuri. Jadi, baca terlebih dahulu label dan aturan
pakai yang tertera dalam kemasan produk skin whitening (pemutih) yang telah
diseleksi dan diteliti kandungan kimia dan keamanannya bagi tubuh oleh BPOM
atau Depkes. Mencegah lebih baik daripada mengobati. (ISMAYANTI)@ Tips Memilih
Produk Kosmetik Berpemutih :
- label atau kandungan zat yang terdapat dalam produk kosmetik pemutih.
- Jangan mudah termakan iklan atau bujuk rayu yang mengiming-imingi hasil extracepat dari produk kosmetik pemutih.
- Bertanya pada orang yang ahli dan mengetahui tentang pemutih dan efeknya.
- Hati-hati dalam membeli dan memilih produk kosmetik yang tampak pearly(mengkilat), karena bisa saja mengandung bahan aktif merkuri (HG)
- Limbah Jins Positif Mengandung Zat Kimia
- PEMALANG - Limbah pencucian jins yang dikeluhkan warga Desa Lowa dan
- Sidorejo, Kecamatan Comal, yang dibuang pada saluran irigasi itu positif
- mengandung zat kimia NA dan SAR yang tinggi. Jika pembuangan limbah tersebut
- masih terus dilakukan, maka akan terjadi pencemaran sungai.
- Kasubag Analisis mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Bagian Lingkungan Hidup
- Pemkab Pemalang Joni mengatakan, penilaian terhadap limbah cair pencucian jins
- itu, berdasarkan hasil penelitian contoh limbah yang dilakukan di laboratorium
- swasta Sucofindo Semarang.
- "Untungnya, kini usaha pencucian jins itu sudah ditutup sendiri oleh pemiliknya.
- Andai kata saat ini belum tutup dan masih tetap berjalan, maka lambat laun sungai
- tersebut akan tercemar," katanya, kemarin.
- Hasil pemeriksaan di laboratorium terhadap air limbah pabrik loundry milik H
- Waryono di Desa Lowa itu dinyatakan, bahwa limbah tersebut akan mencemari
- sungai, apalagi jika usaha pencucian yang menggunakan zat kimia itu masih tetap
- berjalan. Namun, kadar zat kimia NA dan SAR yang ditemukan dalam contoh air
- limbah yang diteliti itu akan menurun dengan sendirinya, terlebih jika hujan sudah
- turun dan air sungai kembali penuh. Sebab, zat tersebut akan mudah hanyut
- terbawa air.
- Ketika warga mengeluhkan pencemaran, saat itu sungai dalam keadaan kering,
- sehingga genangan air limbah kelihatan mencolok sekali. Selain itu, menimbulkan
- bau tidak sedap.
- Tidak Sehat
- Sementara itu, mengenai hasil penelitian laboratorium terhadap contoh air sumur
- milik seorang penduduk Daryono, dia menjelaskan, tidak tercemar limbah
- pencucian jins. Namun, memang kualitas airnya yang tidak sehat. Hal itu
- disebabkan kondisi tanahnya yang jelek dan sudah terkena rembesan air sungai.
- Air sungai yang merembes ke dalam sumur itu, kualitasnya menurun sejalan
- dengan musim kemarau dan mengeringnya sungai. Munculnya bau tidak sedap dari
- air sumur itu bukan karena limbah jins, tapi dari limbah domestik atau limbah
- rumah tangga, serta limbah pertanian yang biasanya dibuang ke sungai.
- Limbah domestik mengandung zat Total Suspendit Solid (TSS), Ferum (Fe), dan
- Mangan (Mn). Karena itu, air sumur milik Daryono tidak layak lagi dikonsumsi.
- Pemilik sumur lebih baik mencari air bersih di tempat lain untuk kebutuhan seharihari.
- Dari penelitian air sumur milik Daryono itu, Bagian LH menyimpulkan, sumur
- penduduk tidak tercemar. Pencemaran hanya terjadi di lokasi pembuangan dan
- tidak sampai memengaruhi sumur warga di sekitar usaha pencucian jins. Oleh
- karena itu, warga diminta tenang dan tidak perlu khawatir.
- Seperti pernah diberitakan, limbah pencucian jins dari tempat usaha milik H
- Waryono dikeluhkan sejumlah warga Desa Sidorejo dan Lowa. Sebab, limbah itu
- menggenangi saluran irigasi dan baunya tidak sedap. Usaha tersebut sejak
- dikeluhkan warga langsung ditutup oleh pemiliknya sendiri. (sf-74b)
PENGARUH PENAMBAHAN BIOSIDA PENGOKSIDASI
TERHADAP KANDUNGAN KLORIN
UNTUK PENGENDALIAN PERTUMBUHAN
MIKROORGANISME PADA AIR PENDINGIN
SEKUNDER RSG-GAS. Pertumbuhan Mikroorganisme merupakan salah
satu permasalahan yang timbul
pada sistem air pendingin resirkulasi
terbuka. Untuk mengatasi permasalahan tersebut pada sistem
pendingin sekunder RSG-GAS ditambahkan
bahan kimia biosida pengoksidasi. Bahan kimia ini akan
merusak sel mikroorganisme dengan daya
oksidasinya, sehingga mengakibatkan kematian mikroorganisme.
Untuk mengetahui pengaruh penambahan
biosida pengoksidasi dilakukan pengukuran kandungan klorin
dalam air pendingin sekunder sebelum dan
sesudah penambahan biosida pengoksidasi. Pengukuran
kandungan klorin dilakukan dengan metode
DPD (N,N-dietil-p-fenilendiamin). Dari hasil pengukuran
menunjukkan bahwa kandungan klorin dalam
air pendingin sekunder meningkat setelah penambahan
biosida pengoksidasi, tetapi kemudian turun
sebagai indikasi adanya klorin yang bereaksi dengan
mikroorganisme dan secara aktif
menghilangkan mikroorganisme tersebut.
- Kata kunci: biosida pengoksidasi, klorin, mikroorganisme
PENDAHULUAN
Sistem pendingin sekunder adalah tempat
pembuangan panas yang terakhir dari
reaktor.
Panas yang terbentuk pada sistem
pendingin
primer dipindahkan ke sistem sekunder
melalui
alat penukar panas dan akhirnya dibuang
ke
atmosfir melalui menara pendingin. Sistem
Pendingin sekunder Reaktor Serba Guna
G.A
Siwabessy (RSG-GAS) merupakan sistem
air
pendingin resirkulasi terbuka. Salah satu
permasalahan yang timbul pada sistem
air
pendingin resirkulasi terbuka adalah
- pertumbuhan mikroorganisme. Keberadaan
mikroorganisme dalam air serta dalam
jaringan
pipa distribusi akan menimbulkan lendir
yang
merupakan sekresi dari mikroorganisme.
Lendir
ini akan mengikat padatan yang
tersuspensi dan
terakumulasi pada persimpangan pipa
distribusi
sehingga akan mengurangi debit air
dalam
sistem pendingin. Disamping itu adanya
mikroorganisme dengan tingkat kelekatan
yang
tinggi pada pipa akan menimbulkan
korosi dan
kerak pada pipa sistem pendingin Hal
ini akan
mempengaruhi kinerja sistem pendingin
sekunder Reaktor Serba Guna G.A
Siwabessy.
Di RSG-GAS untuk mengendalikan
pertumbuhan mikroorganisme dilakukan
dengan penambahan inhibitor biosida
pengoksidasi dan biosida bukan
pengoksidasi.
Biosida pengoksidasi yang digunakan
adalah
mengandung klorin (natrium hypochloride
(NaOCl), yang akan bekerja secara
langsung
membunuh mikroorganisme sedangkan
komposisi non-biosida pengoksidasi adalah 5-
Chloro-2-Methyl-4-Isothiazolin-3-One dan 2-
Methyl-4-Isothiazolin-3-One yang berperan
menekan pertumbuhan mikroorganisme
dalam
sistem pendingin sekunder[1]. Klorin merupakan
oksidator kuat yang akan membunuh
bakeri
secara langsung. Klorin merupakan zat
aktif
yang mampu menghilangkan mikroorganisme
dalam air melalui reaksi klorinasi.
Penambahan
biosida pengoksidasi pada sistem
pendingin
sekunder dilakukan dua hari sekali pada
saat
sistem pendingin sekunder beroperasi.
Untuk
mengetahui pengaruh penambahan inhibitor
biosida pengoksidasi maka dilakukan
analisis
kandungan klorin sebelum dan setelah
penambahan inhibitor biosida
pengoksidasi.
Penentuan kandungan klorin dalam air
pendingin sekunder ditentukan dengan
metode
DPD (N,N-dietil-p-fenilendiamin)
dan
menggunakan Spektrophotometer DR/2400
merk Hach .
TEORI
Biosida pengoksidasi merupakan bahan
kimia bersifat oksidator yang berfungsi
untuk
menghilangkan pertumbuhan
mikroorganisme.
Bahan kimia ini akan membunuh
mikroorganisme dengan daya oksidasinya[2,3]
Sebagai bahan kimia yang biasa
digunakan
sebagai biosida pengoksidasi adalah
senyawa
klor atau klorin hal ini disebabkan
oleh klorin
merupakan bahan kimia yang murah dan
disamping itu masih mempunyai daya
desinfeksi sampai beberapa jam setelah
penambahannya.
Senyawa klor atau klorin yang berfungsi
sebagai biosida pengoksidasi dapat
berasal dari
gas Cl2, atau
dari garam-garam NaOCl dan
Ca(OCl)2 (kaporit)[2,4,5].
Jika klor sebagai gas Cl2 dilarutkan dalam
air, maka akan terjadi reaksi hidrolisa
yang
cepat, sebagai berikut:
Cl 2 + H 2O ↔ H + + Cl − + HOCl (1)
klorida asam
hipoklorit
Asam hipoklorit akan terurai sesuai
reaksi berikut:
HOCl↔ OCl− +H+ (2)
hipoklorit
Ion klorida (Cl-)merupakan
ion yang
tidak aktif , sedangkan Cl2, HOCl, dan OCldianggap
sebagai bahan yang aktif. Asam
hipoklorit (HOCl ) yang tidak terurai
adalah zat
pembasmi yang paling efisien bagi
bakteri.
Kesetimbangan antara molekul dan ion
ini
dijelaskan pada grafik berikut,
Gambar 1. Kesetimbangan Antara Cl2 , HOCl, dan
OCl - dan
Hubungannya dengan Nilai pH
Pada T=25oC.[4]
Dari Gambar 1, terlihat bahwa proses
- desinfeksi lebih efisien pada suasana netral atau
bersifat asam lemah. Namun, tetap
dianggap
bahwa klor tersedia bebas yaitu [Cl2], [OCl-],
dan [HOCl].
Kaporit dan NaOCl akan bereaksi sama
seperti Cl2 yang
dilarutkan dalam air, yaitu
seperti reaksi berikut.
( ) ( )2 Ca OCl2 +H2O↔ 2HOCl + Ca OH (3)
(kaporit)
HOCl↔H+ + OCl− (4)
NaOCl+H2O↔HOCl+ NaOH
(hipoklorit)
HOCl↔H+ + OCl− (5)
Zat amoniak (NH3) dalam air
akan akan
bereaksi dengan klor atau asam
hipoklorik dan
membentuk monokloramin, dikloramin atau
trikloramin tergantung dari pH ,
perbandingan
konsentrasi pereaksi dan suhu .
Reaksi-reaksi
tersebut adalah sebagai berikut.
NH3 + HOCl ↔ NH2Cl + H2O pH ≥ 7 (7)
(monokloramin)
NH2Cl + HOCl ↔ NH2Cl + H2O 4 ≤ pH ≥ 6 (8)
(dikloramin)
NH2Cl + HOCl ↔ NCl3 + H2O pH <
3 (9)
(trikloramin)
Bila pH larutan ≥ 7 , terbentuk
monokloramin (reaksi 7), dan sekaligus
sedikit
dikloramin. Antara 4 ≤ pH ≤ 6 akan
terbentuk
dikloramin (reaksi 8). Kloramin juga terbentuk
sebagai hasil reaksi antara klor dan
salah satu
jenis amin organis (-NH2) seperti protein.
Reaksi (7) berlangsung cepat sedangkan
reaksi-reaksi lainnya agak lambat
sehingga
faktor waktu kontak menjadi penting.
Semua
klor yang tersedia dalam air sebagai
kloramin
disebut klor tersedia terikat,
sedangkan Cl2,
OCl- dan
HOCl disebut klor tersedia bebas.
Klor tersedia terikat juga mempunyai
daya
disinfeksi, walaupun tidak seefesien
klor
tersedia bebas.
Biosida pengoksidasi seperti klorin,
hipoklorit, dan senyawa organoklorin
lainnya,
akan mematikan seluruh organisme dalam
sistem secara cepat, jika klorin bebas
melakukan kontak langsung dengan
organisme
dengan cukup lama dan dengan dosis yang
cukup kuat. Klorin juga mampu menjaga
keefektifan kerjanya, karena klorin
merupakan
zat aktif yang mampu menghilangkan
mikroorganisme dalam air melalui reaksi
klorinasi.
Pengendalian Pertumbuhan
Mikroorganisme pada Sistem Pendingin
Sekunder RSG-GAS[6]
Untuk mengendalikan pertumbuhan
Mikroorganisme pada Sistem Pendingin
Sekunder reaktor G.A Siwabessy
digunakan
bahan kimia inhibitor biosida
pengoksidasi dan
biosida bukan pengoksidasi. Biosida
pengoksidasi yang digunakan adalah natrium
hypochloride (NaOCl), yang akan bekerja
secara langsung membunuh mikroorganisme
sedangkan komposisi biosida bukan
pengoksidasi adalah 5-Chloro-2-Methyl-4-
Isothiazolin-3-One dan 2-Methyl-4-
Isothiazolin-3-One yang berperan menekan
pertumbuhan mikroorganisme[1]. Disamping itu
ditambahan biodispersant yang digunakan
untuk membersihkan bakteri yang telah
mati.
Penambahan inhibitor biosida
pengoksidasi dilakukan dua hari sekali
sedangkan penambahan inhibitor biosida
bukan
pengoksidasi dilakukan pada awal dan
akhir
pengoperasian sistem pendingin
sekunder.
Sebagai parameter kontrol penambahan
inhibitor biosida pengoksidasi
dilakukan
pengukuran kandungan klorine dalam air
pendingin sekunder .
Adanya mikroorganisme pada sistem
pendingin sekunder dapat dilihat pada
penentuan total bakterinya dengan
menggunakan dipslide test. Jika total bakterinya
kurang dari 103 bakteri/ml
maka pada sistem
pendingin sekunder frekuensi tumbuhnya
mikroorganisme/lumut rendah, jika total
bakteri
besar dari 106 bakteri/ml
akan mempercepat
tumbuhnya mikroorganisme/lumut.
Bertani tanpa bahan kimia memberikan hasil
tinggi
Sri Widiastuti - 10 May 2004 19:34
Hasil uji coba penanaman padi dengan
pupuk kandang yang dilakukan oleh petani di
Subang di lahan seluas 1.500 meter
persegi memberikan hasil total sembilan
kwintal gabah kering. Hasil panen ini lebih tinggi dari
hasil sistem pertanian
konvensional yang hanya menghasilkan tujuh
kwintal gabah kering. Hingga kini
hasilnya tidak dijual, tetapi untuk
dikonsumsi sendiri dan sebagian akan dijadikan
benih untuk musim tanam berikutnya.
Lahan seluas 1500 meter persegi, kata
kang Boy, sebenarnya bisa menghasilkan
gabah kering sebanyak 12 kwintal.
Namun karena 40 % areal terserang hama tikus,
maka hanya diperoleh 5,5 kwintal
gabah kering dengan kualitas baik. Sedangkan
lahan yang terserang tikus, masih
bisa menghasilkan 3,5 kwintal gabah kering,
meskipun kualitasnya tidak sebaik
yang tidak terserang.
Uji coba ini dilakukan oleh Arinda,
sebuah LSM pendamping petani di Subang. Arinda
baru pertama kali melakukan kegiatan
pertanian tanpa menggunakan pupuk dan
pestisida kimia buatan. Mereka
menggunakan lahan milik H Rifai, yang berada di
desa Blanakan, Kecamatan Blanakan,
Kabupaten Subang Propinsi Jawa Barat dan
terletak kurang lebih dua kilometer
dari laut. Benih padi yang mereka gunakan
adalah jenis IR 64, sebanyak delapan
ons.
Menurut Lilik Rusmana, koordinator
lapangan kegiatan ini, pola tanam yang
digunakan adalah Rancang
Intensifikasi dengan jarak tanam antar bibit adalah 30 cm
x 30 cm. Pola tanam ini mengikuti
anjuran Kantor Pengawasan Penyuluhan Pertanian
(KP3).
Untuk pemupukan digunakan pupuk dari
kotoran kambing dan sampah pasar (sisa
ikan, sayuran) yang terlebih dahulu
difermentasi dengan menggunakan zeolit, kata
Garna Abdullah Ketua Arinda yang
biasa disapa Kang Boy. Sedangkan untuk
mengusir hama mereka menggunakan biopestisida
cair yang terbuat dari tumbuhan
yang beraroma menyengat.
Riyanto, Ketua KP3, mengharapkan
dengan keberhasilan ini Arinda juga dapat
menjadi pemasar produk pertanian
"organik" di wilayah Subang. Untuk mendukung
pertanian tanpa kimia, KP3 akan mengajak
masyarakat sekitarnya untuk bertani
secara "organik," atau
dalam Bahasa Sunda disebut malire tatanen buhun yang
berarti melirik pertanian dahulu yang
ramah lingkungan.
Fasilitas Berita
Bibit
Bakau Tercemar Minyak Warga Sungai
Apit Rugi
Sungai
Apit, Kompas - Sejak lima bulan terakhir, ratusan
warga Desa
Bunsur, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten
Siak,
Provinsi Riau, dirundung masalah rusaknya jutaan
bibit
bakau siap tanam yang disebabkan adanya
tumpahan
minyak bumi yang mencemari air laut. Mereka
mengeluhkan
lambannya proses penyelesaian meski
aparat
keamanan dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Siak sudah
mendapat laporan mengenai kasus ini.
"Di
desa ini ada sekitar tiga juta bibit bakau yang rusak
karena
seluruh bagiannya tertutup minyak. Kami mulai
mengembangkan
tahun lalu, sudah banyak uang yang
kami
keluarkan, tetapi sekitar lima bulan lalu tiba-tiba
semuanya
rusak," kata Jafar (35), warga Desa Bunsur,
Jumat
(24/12).
Minyak
bumi juga diduga mencemari bibit bakau di
empat desa
lain di sekitar Selat Lalang, Kabupaten Siak.
Menurut
Jafar, seluruhnya terdapat lebih dari sembilan
juta bibit
bakau yang rusak akibat tumpahan minyak.
Kerugian
yang diderita warga lebih dari Rp 2 miliar.
Ratusan
pembibit bakau di Desa Bunsur, yang memilih
Jafar
sebagai ketua, menuntut pertanggungjawaban PT
Kondur
Petroleum atas kerugian yang ditimbulkan itu.
Jafar
mengklaim minyak yang bocor dari pipa-pipa milik
perusahaan
pertambangan itulah penyebab rusaknya
bibit
bakau milik warga. Tuntutan warga itu berbuntut
unjuk rasa
menduduki sumur minyak milik PT Kondur
Petroleum.
Mereka
memaksa PT Kondur Petroleum mengganti
seluruh
kerugian akibat rusaknya bibit bakau. Supervisor
Public
Relations and Media Officer Kondur Petroleum SA
Dahrul
Hidayat mengakui ada kebocoran pipa penyalur
minyak
bumi dari sumur minyak menuju kapal
penampung
di Selat Lalang.
"Kebocoran
itu terjadi 30 Juli 2004, tetapi hanya sekitar
50 liter
minyak yang sempat terlepas di laut. Jumlah itu
sangat
kecil dan tidak menimbulkan pencemaran laut,"
kata
Dahrul, Jumat.
Namun,
karena gencarnya tuntutan warga, pihaknya
mau
bekerja sama dengan aparat setempat menyelidiki
kasus ini
dan menyediakan dana sekitar 10 persen dari
total
kerugian warga sebesar Rp 275 juta untuk
rehabilitasi
kerusakan bibit bakau.
Pencemaran Makanan Secara Kimia dan
Biologis
Dra. Nurmaini, MKM
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
Bahan makanan adalah hal sangat
penting bagi kehidupan manusia seperti
karbohidrat, lemak , protein, vitamin
dan mineral. Disamping itu ada zat yang
ditambahkan baik secara sengaja
maupun secara tidak sengaja yang akan
mempengaruhi kualitas makanan itu
sendiri. Penambahan tersebut bisa berbahaya
bagi kesehatan manusia baik secara
sengaja maupun tidak sengaja yaitu apabila
bahan makanan ditambahkan zat aditif
yang bersifat sintetis.
Racun dalam makanan ternyata bisa
membahayakan orang yang
memakannya apabila higiene dan
sanitasinya dalam mengolah bahan makanan
tersebut tidak cermat. Bahan makanan
berguna untuk sumber tenaga, pembangun,
pengatur bahkan penyembuh sakit.
Namun, bisa juga sebagai media perantara bagi
vektor, mikroorganisme dan berbagi
jenis bahan kimia, keracunan bahan makanan
ini oleh bahan kimia erat kaitannya
dengan proses produksi dan distribusinya. Dalam
proses produksi sering terjadi
kelalaian bahkan kesengajaan menggunakan bahan
kimia sebagai zat tambahan dalam
makanan seperti zat pewarna, zat pengawet dan
sebagainya. Kasus biskuit beracun di
Indonesia merupakan bukti dimana bahan
makanan tercemar dengan Sodium Nitrat
dan menyebabkan kematian bagi
konsumen yang memakannya. Pencemaran
makanan bisa juga terjadi melalui rantai
makanan di lingkungan seperti kasus
Itai-Itai Diseases di negara Jepang.
Selain oleh bahan kimia pencemaran
makanan bisa juga disebabkan oleh
faktor biologis dan ini menjadikan
makanan tersebut menjadi mediator masuknya
kuman penyakit ke dalam tubuh.
Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme
tersebut mengalami penguraian
sehingga dapat mengurangi nilai gizi dan
kelezatannya bahkan dapat menyebabkan
sakit dan kematian bagi yang
mengkonsumsinya. Pertumbuhan
mikroorganisme dalam makanan dipengaruhi oleh
faktor intrinsik, ekstrinsik,
implisit dan pengolahan. Beberapa kasus pernah terjadi di
Indonesia.
2. PENCEMARAN MAKANAN OLEH BAHAN
KIMIA
Berbagai fenomena yang berhubungan
dengan keracunan makanan banyak
kita jumpai, kasus yang cukup
terkenal mengenai keracunan makanan oleh bahan
kimia adalah tragedi Minamata
Diseases. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada
orang yang bertempat tinggal di
sekitar teluk Minamata Jepang tahun 1953, penyakit
ini disebabkan oleh senyawa Air Raksa
(Hg) yang biasanya dihasilkan oleh bahan
kimia yang dipakai dalam fungisida
dan industri plastik dan limbahnya dibuang di
sekitar teluk, masyarakat yang
mengkonsumsi ikan dan kerang yang ada di pinggir
teluk tersebut terpapar dalam jangka
waktu lama, yang pada akhirnya menimbulkan
penyakit.
Di Indonesia kasus biskuit beracun
yang terjadi tahun 1992 penambahan
kandungan Sodium Nitrat yang
berlebihan dalam biskuit. Nityrit yang menyebabkan
keracunan pada anak-anak dan orang
dewasa, dalam bantuk kalium atau natrium
biasanya dipakai sebagai bahan
pengawet makanan. Misalnya dipakai untuk
mengawetkan daging dengan mencegah
pertumbuhan kuman yang bisa hidup tanpa
oksigen (anaerob) . Nitrit mengubah
lingkungan kuman sehingga pertumbuhan
kuman tidak memungkinkan. Pengolahan
kue juga bisa memakai bahan pengawet
ini, tapi ada batas tertentu yang
bisa ditoleransi oleh tubuh atau Nilai Ambang Batas.
Ó 2001 digitized by USU digital library 2
Jika melebihi NAB makan akan
menimbulkan efek keracunan bagi orang yang
mengkonsumsinya.
Jika seseorang memakan makanan yang
mengandung benda asing baik
organik maupun anorganik yang
bersifat racun , sehingga mengubah sifat asli
makanan tersebut dan menyebabkan
penyakit atau gangguan kesehatan bagi yang
memakannya , hal ini disebut Food
Poisoning (keracunan makanan). Ada beberapa
hal yang menjadi penyebab timbulnya
kasus keracunan makan makanan ditinjau
dari sudut kimia :
2.1. Makanan terkontaminasi oleh
bahan-bahan kimia
Kontaminasi karena bahan kimia sering
terjadi karena kelalaian atau
kecelakaan , seperti meleltakkan
pestisida dengan bahan makanan, kelalaian dalam
pencucian sayuran atau buah-buahan
sehingga sayur atau buah-buahan tersebut
masih mengandung sisa pestisida dan
kelalaian memasukkan bahan kimia yang
seyogyanya dipakai untuk kemasan
dimasukkan ke dalam makanan. Bahan kimia
yang terdapat dalam bahan makanan
dengan kadar yang berlebih akan bersifat
toksik bagi manusia. Beberapa zat
yang sering menimbulkan keracunan manusia
adalah :
1. Zinc, terdapat pada
perlatan dapur akan mengalami reduksi bila kontak
dengan bahan makan yang bersifat
asam.
2. Insektisida, keracunan ini terjadi karena
mengkonsumsi makanan yang
masih mengandung residu pestisida,
seperti pada syran dan buah-buahan.
3. Cadmium, keracunan ini bisa terjadi karena Cd
yang terdapat pada
peralatan dapur dengan kontak dengan
makanan yang bersifat asam.
4. Antimonium, berasal dari
perlatan dapur yang dilapisi dengan email
kelabu murahan.
2.2. Penggunaan Zat Aditif
Zat aditif bahan makanan biasanya
digunakan secara sengaja , zat
tambahan tadi dapat menyebabkan
makanan lebih sedap, tampak lebih menarik, bau
dan rasa lebih sedap, dan makanan
lebih tahan lama (awet) , tetapi karena makanan
tersebut dapat berbahaya bagi manusia
maka disebut zat pencemar.
WHO mensyaratkan zat tambahan itu
seharusnya memenuhi kriteria sebagai
berikut : (1). Aman digunakan, (2).
Jumlahnya sekedar memnuhi kriteri pengaruh
yang diharapkan, (3). Sangkil secara
teknologi, (4). Tidak boleh digunakan utnuk
menipu pemakai dan jumlah yang
dipakai haruslah minimal.
Pemakaian zat tambahan yang aman
digunakan merupakan pertimbangan
yang penting , walaupun tidak mungkin
untuk mendapatkan bukti secara mutlak
bahwa suatu zat tambahan yang
digunakan secara khusus tidak toksik bagi semua
manusia dalam semua kondisi, paling
tidak pengujian secara sifat-sifat fisiologis,
farmakologis, dan biokemis pada
binatang percobaan yang dusulkan dapat dipaki
sebagai dasar yang beralasan bagi
penilaian pemakian suatu zat tambahan pada
bahan makanan.
Akan tetapi permasalahan yang sering
muncul adalah pihak produsen
makanan lebih memperetimbangkan segi
untungnya dari dampak timbul bagi
kesehatan masyarakat yang
mengkonsumsi makanan yang dihasilkannya. Karena
pertimbangan ini sering terjadi
pemalsuan dalam perdagangan makanan, kalau
pemalsuan sebatas merk dagang yaitu
dengan meniru nama produk yang digemari
masyarakat tidak akan memberikan
masalah yang besar bagi kesehatan masyarakat,
tetapi bila pemalsuan tersebut
bertujuan agar produk yang mestinya dibuang baik
karena kesalahan produksi, maupun
telah melebihi masa kadaluarsa, bila dipasarkan
kembali akan sangant membahayakan
bagi kesehatan masyarakat. Ada beberapa
cara pemalsuan yang sering terjadi
dan ini dilakukan oleh penjual /produsen :
Ó 2001 digitized by USU digital library 3
ª Menghilangkan bau, seperti penambahan
cuka pada ikan yang telah
membusuk
ª Memberikan kesegaran palsu, misalnya
dengan menambahkan zat warna pada
daging
ª Menambahkan zat putih pada tepung.
ª Menambahkan tanggal kadaluarsa suatu
produk
ª Menyalurkan kembali makanan yang
telah kadaluarsa melalui paket-paket
hadiah atau parcel.
Selain penyalahgunaan zat aditif
tersebut bisa toksik pada seseorang yang
mengkonsumsi makanan dengan kandungan
zat tambahan yang melebihi kadarnya
dalam waktu relatif lama . Sifat
toksik tersebut yang muncul setelah terpapar dalam
rentang waktu relatif lama, seperti
penggunaan sakarin dan siklamat (pemanis
buatan) akan meracuni hati,
penggunaan Monosodium Glutamat (penyedap rasa)
akan merusak jaringan otak dan banyak
bahaya zat tambahan lain yang bisa
membahayakan kesehatan manusia.
2.3. Penggunaan bahan makanan seraca
alamiah mengandung racun
Keracunan makanan bisa terjadi akibat
racun secara alamiah terdapat dalam
makanan itu sendiri, keracunan
seperti itu terjadi karena kelalaian atau
ketidaktahuan masyarakat yang
mengkonsumsinya, misalnya keracunan singkong
karena adanya asam sianida (HCN) yang
pada dosis tertentu bisa menyebabkan
kematian. Singkong yang dikonsumsi
tidak dicuci dengan benar atau tidak sempurna
pengolahannya. Demikian juga dengan
keracunan jengkol karena adanya kristal
asam jenkolat yang bisa menyumbat
saluran air seni apabila kandungan jengkolat
yang terakumulasi dalam tubuh.
3. PENCEMARAN MAKANAN SECARA BIOLOGIS
Makanan yang disukai manusia pada
umumnya disukai oleh mikroorganisme
, seperti virus, bakteri dan jamur
yang menyerang bahan makanan yang mentah
seperti pada sayuran, buah-buahan,
susu, daging, dan banyak makanan yang sudah
dimasak seperti nasi. Roti, kue dan
lauk pauk.
Makanan yang telah dihinggapi
mikroorganisme itu mengalami penguraian
sehingga dapat mengurangi nilai gizi
dan kelezatannya bahkan makan yang telah
mengalami penguraian dapat
menyebabkan sakit bahkan kematian. Bakteri yang
tumbuh di dalam makanan mengubah
makanan tersebut menjadi zat organik yang
berkurang energinya. Populasi mikroba
pada berbagai jenis bahan pangan umumnya
sangat spesifik, tergantung dari
jenis bahan pangannya, kondisi lingkungan dan cara
penyimpanannya dalam batas-batas
tertentu kandungan mikroba pada bahanpangan
adalah berpengaruh terhadap ketahanan
bahan pangan tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba
dalam pangan dapat bersifat fisik, kimia atau
biologis yang meliputi :
1. Faktor intrinsik, merupakan
sifatfisik, kimia dan struktur yang dimiliki oleh
bahan pangan tersebut, seperti
kandungan nutrisi, pH, senyawa mikroba.
2. Faktor ekstrinsik, yaitu kondisi
lingkungan pada penganan dan
penyimpanan bahan pangan seperti
suhu, kelembaban, susunan gas di
atmosfer.
3. Faktor implisit, merupakan
sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu
sendiri.
4. Faktor pengolahan, karena
perubahan mikroba awal sebagai akibat
pengolhan bahan pangan, misalnya
pemansan, pendingan, radiasi dan
penambahan bahan pengawet.
Ó 2001 digitized by USU digital library 4
Beberapa jenis /spesies dari bakteri
saproba dan bakteri patogen dapat serta
tumbuh dan berkembang biakdengan baik
jika makanan yang dihinggapi itu
mempunyai pH, kelembaban dan temperatur
yang menguntungkan bagi kehidupan
mereka, toksin yang dihasilkan ada
dua (2) pertama dapat berupa enterotoksin,
yaitu toksin yang mengganggu
alat-alat pencernaan, kedua neurotoksin yaitu toksin
yang mengganggu urat syaraf kita.
Diantara racun-racun tersebut racun yang
dihasilkan oleh Clostridium
Botulinum, seperti makanan dalam kaleng, spora-spora
dari bakteri tidak mati dalam proses
pasteurisasi.
Dalam keadaan tertutup (anaerob) dari
suhu yang menguntungkan, maka
spora-spora tersebut dapat tumbuh menjadi
bakteri serta menghasilkan toksin,
racun yang dihasilkan itu tidak
mengganggu alat pencernaan melainkan
mengganggu urat saraf tepi , seperti
racun Botulinum type A, B., C, D, dan E.
Diduga Clostridium Welchii dan
Perfringens juga menghasilkan Botulinum .
Dibeberapa daerah Jawa Tengah pernah
terjadi keracunan setelah
mengkonsumsi tempe Bongkrek ( dari
ampas kelapa) , racun yang terdapat yaitu
asam Bongkrek yang dihasilkah
Pseudomonas Cocovenenans. Kemudian di Jawa
Barat keracunan Oncom yang terbuat dari
kacanag tanah atau ampas tahu, sedang
raginya berupa jamur Monilia
Sitophiladari spesies jamur tak sempurna , keracunan
terjadi dari jenis jamur Neurospora
Sitophila.
Makanan yang ditumbuhi Aspergillus
Flavus dapat mengandung racun
Aflatoksinyang berbahaya sekali jika
sampai termakan, keracunan juga dapat
diakibatkan karena memakan udang
terutama pada kondisi orang tertentu.
Perlakuan panas yang tidak cukup pada
pengalengan daging seringkalimenyebabkan
spora bakteri pembusuk jenis
Clostridia anaerob mengalami germinasi. Pencemaran
oleh Clostridium Aerofoeticum dan C.
Welchii akan menimbulkan bau busuk. Bakteri
fakultatif anaerob seperti
Pseudomonas putrafaciens, Flavobakterium Elastolyticum
atau Protues Vulganbis dapat
menyebabkan dekomposisi protein yang akan
menghasilkan campuran berbagai
metabolit berbau busuk ini berasal dari
pencemaran bahan-bahan organik yang
mengandung senyawa nitrogen yang bobot
molekulnya rendah seperti asma amino
dan protein.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Penggunaan zat aditif (tambahan)
dalam makanan dan minuman sangat
berbahaya bagi kesehatan masyaratkan,
terutama zat tambahan bahan kimia
sintetis yang toksik dan berakumulasi
dalam tubuh untuk jangka waktu yang
relatif lama bagi yang
menggunakannya.
2. Keracunan makanan bisa disebabkan
oleh karena kelalaian dan ketidaktahuan
masyarakat dalam pengolahannya ,
seperti keracunan singkong.
3. Keracunan makanan bisa juga disebabkan oleh kondisi
lingkungan yang
memungkinkan mikroba untuk berkembang
biak lebih cepat, seperti karena
faktor fisik, kimia dan biologis
4.2. Saran
1. Bagi produsen makanan hendaknya
jangan hanya ingin mendapat keuntungan
yang besar tetapi juga memperhatikan
aspek kesehatan bagi masyarakat yang
mengkonsumsinyayaitu dengan
menggunakan zat aditf yang tidak
membahayakan bagi kesehatan
2. Bagi Dinas kesehatan c/q
Pengawasan makanan dan minuman hendaknya
sebelum mengeluarkan nomor registrasi
mengetahui kandungan zat yang ada
didalamnya terutama yang membahayakan
kesehatan.
3. Bagi instansi terkait hendaknya
memberikan informasi kepada khalayak luas
tentang bahan kimia atau zat tambahan
yang boleh dan tidak boleh digunakan
dalam makanan dan minuman yang
mengganggu kesehatan.
PENGARUH BAHAN ATAP KANDANG DAN STRAIN TERHADAP
PENAMPILAN AYAM PEDAGING
N. K. ASTININGSIH
Jurusan Produksi Ternak, Fakultas
Peternakan, Universitas Udayana Denpasar
RINGKASAN
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dajan
Peken, Tabanan-Bali, yang terletak 50 m dari permukaan laut untuk mempelajari
pengaruh jenis bahan atap kandang dan strain terhadap penampilan ayam
pedaging umur 2 – 6 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan
pengaruh atap daun kelapa dan atap seng terhadap penampilan ayam pedaging.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial 2 x 2
dengan tiga kali ulangan. Sebagai faktor pertama adalah bahan atap kandang daun
kelapa (Kl)
dan Seng (K2)
dan faktor kedua adalah strain ayam pedaging, yaitu strain CP. 707 (Sl) dan
Strain MF. 202 (S2). Kandang yang digunakan sistem litter dan tiap
petak kandang terdiri atas empat ekor ayam broiler umur dua minggu dengan berat
badan yang homogen. Ransum dan air minum diberikan secara ad libitum.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi yang nyata (P>0,05)
antara penggunaan jenis bahan atap kandang dengan strain terhadap
penampilan ayam pedaging. Penggunaan bahan atap kandang daun kelapa
menghasilkan pertambahan berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kandang atap seng (P<0,05). Penampilan ke dua strain ayam pedaging
tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (P>0,05). Dari hasil
penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan atap kandang daun
kelapa memberikan penampilan ayam broiler yang lebih baik daripada bahan atap
seng, sedangkan strain tidak berpengaruh nyata.
Kata kunci : Jenis bahan atap
kndang, strain, penampilan, broiler
Pencemaran
Limbah Minyak Semakin Meluas
Balikpapan,
Kompas - Limbah minyak mentah yang mencemari pantai
Balikpapan,
Kalimantan Timur, kini semakin luas. Meski di bagian bibir pantai
limbah
minyak berupa kerak (sludge) berwarna hitam pekat mirip aspal itu
sebagian
sudah dibersihkan, dari tengah laut datang limbah baru yang terbawa
ombak.
Berdasarkan
pemantauan hari Kamis (1/7), jika sebelumnya limbah minyak
mentah
hanya mencemari pantai Balikpapan di belakang Pengadilan Negeri
Balikpapan,
kini limbah minyak sudah bergerak sekitar dua kilometer ke arah
timur,
sehingga luas pantai yang tercemar limbah sekitar lima kilometer.
Diterjang
ombak dan diempas angin, kerak minyak yang biasanya terdapat di
bagian
paling bawah kapal tanker ini menutupi pasir pantai selebar tujuh meter
dan
panjang lima kilometer.
Berbagai
biota laut seperti ikan kecil, kerang, serta kepiting mati terjebak oleh
limbah
minyak ini dan bangkainya terdampar di tepi pantai. Petugas dari
Pertamina
yang melakukan pembersihan pantai memasukkan limbah minyak
bercampur
pasir ini ke dalam karung-karung plastik. Namun setiap kali limbah
dibersihkan,
datang limbah baru yang jumlahnya lebih banyak.
Sejumlah
nelayan mengatakan sering melihat kapal-kapal tanker setelah
mengisi
minyak ke kilang, kemudian membersihkan kerak minyak dan dibuang
langsung
ke laut. Kerak minyak ini kemudian mengotori pantai setelah diembus
angin dan
terbawa ombak.
Kepala Kepolisian
Resor Balikpapan Ajun Komisaris Besar Hadi Purnomo
mengatakan
sedang menyelidiki asal limbah minyak ini dan polisi sudah
mempunyai
beberapa dugaan. Meskipun demikian, polisi hingga saat ini belum
menetapkan
tersangka pencemar pantai yang bisa dijerat dengan undangundang
lingkungan
hidup ini.
Sementara
itu, Wali Kota Balikpapan Imdaad Hamid ketika menghadiri
peringatan
Hari Lingkungan Hidup di Samarinda mengatakan, meskipun sudah
ada upaya
pembersihan, tumpahan minyak itu justru semakin meluas. Untuk
penyelidikan
pencemaran itu, dilibatkan tim Badan Pelaksana Migas dari
Jakarta.
Imdaad
menjelaskan, pencemaran minyak tersebut cukup sering terjadi, bahkan
rutin
setiap tahun. Namun, intensitas kasus yang terjadi tahun ini paling besar
dibanding tahun-tahun
sebelumnya.
Gubernur
Kaltim Suwarna AF juga menyatakan, siapa pun yang melakukan
pencemaran
tersebut harus bertanggung jawab. "Harus dibersihkan sampai
benar-benar
bersih, saya mau melaporkan itu ke pusat," katanya. (ray)
Rumah sehat menggunakan
bahan-bahan organik
Ani Purwati - 6 Oct 2004 22:16
Hidup sehat bisa dimulai dari diri
sendiri dan keluarga, dan kembali ke bahan-bahan
organik, ungkap Bibong, salah seorang
pembicara dalam acara Kampoeng Organik
2004 "Pelatihan Rumah Sehat ala
Organik," di Bumi Perkemahan Ragunan, Jakarta,
tanggal 23 September 2004.
Bibong, seorang ibu rumah tangga yang
menerapkan hidup organik, menyampaikan
sejumlah tips sederhana bagaimana
hidup di rumah yang bebas bahan kimia yang
berbahaya dan mahal.
Sebaiknya di rumah menggunakan tempat
obat dan tempat makanan yang terbuat
dari beling. Jika sudah tidak
digunakan lagi tempat makanan/obat itu bisa dijual
untuk didaur ulang, demikian salah
satu tips Bibong.
Sebaiknya tidak menggunakan bahan
dari plastik, PVC (polivinilklorida). Jika terpaksa
menggunakan bahan dari plastik
pilihlah jenis PP, kata Bibong.
Sisa-sisa makanan yang bersifat
organik dijadikan pupuk tanaman di rumah.
Sebenarnya sangat banyak bahan-bahan
organik alami yang bermanfaat pengganti
produk-produk mengandung bahan kimia,
kata Bibong meyakinkan peserta pelatihan.
Bahan kimia yang biasa digunakan di
dalam makanan, bahan kosmetika, bahan
keperluan rumah tangga sampai
peralatan masak atau makan.
Ia memberikan contoh formula obat
pengusir semut dan kecoa organik sebagai
pengganti pestisida rumah tangga yang
sudah dicobanya yaitu ¼ liter air
ditambahkan 10 ml alkohol 75% dan 20
ml cengkeh. Formula alami ini bila
disemprotkan di rumah bisa bertahan
mengusir serangga selama satu bulan.
Formula pengganti cairan pembersih
lantai sekaligus pengusir nyamuk adalah minyak
atsiri atau sereh atau lemon grass
dengan perbandingan air:minyak
atsiri/sereh/lemon gress = 1:3.
Untuk mengusir nyamuk juga bisa
digunakan tanaman zodiak dan lavender pada
sudut-sudut ruangan tertentu.
Minyak sereh bisa dimanfaatkan
sebagai pengharum ruangan. Minyak sereh
diteteskan di wadah tungku aroma
terapi.
Belimbing wuluh tua bisa dimanfaatkan
untuk membersihkan lantai kamar mandi.
Belimbing wuluh tua dihancurkan
kemudian diletakkan di lantai kamar mandi
semalaman. Belimbing wuluh hancur itu
akan beraksi memberisihkan lantai kamar
mandi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar